Kamis, 15 Juli 2010

PRILAKU

Berbicara PRILAKU mungkin dimaksudkan tata cara bersikap, atau bertutur kata, atau mungkin kelaziman berbusana seseorang, atau mungkin hal yang lain. Apapun yang dimaksudkan, tetaplah bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh standar nilai yang digunakan. Standar nilai bisa saja merupakan prinsip seseorang.

Masalahnya adalah ketika kebiasaan buruk atau pola fikir yang keruh telah berevolusi menjadi PRILAKU seseorang. Lebih menyedihkan lagi apabila pemilik PRILAKU "buruk" tersebut adalah khalayak. Suatu tindakan yang sudah menjadi PRILAKU seseorang atau masyaraat cenderung dilakukan di luar alam sadar. Ya, orang melakukannya tanpa diiringi lagi dengan pertimbangan baik atau buruk. Pokoknya, begitulah PRILAKUnya.

Demikianlah masalahnya mengapa lingkungan dimana seorang anak tumbuh sangat penting untuk dikontrol oleh orang tua. Anak yang tumbuh remaja lalu menjadi dewasa akan menjadikan lingkungannya sebagai cermin untuk menghiasi dirinya setiap ia mau melangkah. Ini juga bagian dari fitrah manusia. Lebih lagi bagi pemuda yang berada pada fase "pencarian jati diri".

Satu pertanyaan yang sering terlintas di benak saya: "apa yang telah membentuk PRILAKU sebagian orang yang suka membuang BANGKAI di jalanan?" Umumnya bangkai Tikus. Terbukti bahwa sesuatu yang sudah menjadi prilaku seseorang dilakukan di luar alam fikirnya. Tidak butuh lagi timbangan baik atau buruk.

Banjir

Saat musim hujan tiba, banyak masyarakat kota bersiap gulung tikar, termasuk yang tidak pake "tikar". Pasalnya, banjir akan datang menyertai atau mengiringi guyuran hujan. Ya, daftar kota pelanggan banjir kian bertambah. Sebuah indikasi degradasi fungsi kawasan tangkapan air di hulu. Selan itu, permukaan bumi di perkotaan telah tertutupi gedung, badan jalan, paving dst.
Sepertinya ada yang salah, paling tidak adalah air telah melampaui alur-alur dimana dia harus mengalir. Tapi apakah air juga "salah"...?
Secara teknis, dapat dijelaskan tentang kerusakan sistem resapan air hujan (presivitasi) di daerah hulu.